Seolah-olah menjadi Tuhan bagi dirinya. Maka dapat dibayangkan jika manusia tidak bisa mengendalikan akal budinya. Manusia dapat “men-Tuhankan” dirinya. Manusia dapat membuat rasionalisasi, pembenaran diri atas segala tindakan dan perbuatannya. Seharusnya dengan akal budinya inilah manusia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kehidupan dunia bukanlah kehidupan hakiki dan ia diibaratkan perhentian seorang musafir buat seketika untuk sampai ke tempat tujuannya. Justeru, setiap saat kematian sentiasa menghampiri kita untuk menuju ke alam kematian tidak mengenal usia dan tidak mengenal kedudukan. Ia boleh berlaku bila-bila masa dan di mana juga. Oleh itu, kita perlu sentiasa bermuhasabah dan seterusnya mempersiapkan diri dengan bekalan sebelum menghadapi kematian untuk menuju kehidupan dalam peringatan, ada golongan yang menyebarkan ini adalah hadith yang masyhur dan diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA, dikatakan bahawa Nabi SAW bersabda إِنَّ مَلَكَ الْمَوْتِ لَيَنْظُرُ فِي وُجُوهِ الْعِبَادِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعِينَ نَظْرَةً، فَإِذَا ضَحِكَ الْعَبْدُ بَعَثَ إِلَيْهِ يَقُولُ يَا عَجَبَاهُ بُعِثْتُ إِلَيْهِ لأَقْبِضَ رُوحَهُ وَهُوَ يَضْحَكُMaksudnya “Sesungguhnya malaikat maut akan melihat wajah-wajah hamba manusia setiap hari sebanyak 70 kali, apabila hamba tersebut ketawa maka akan diutuskan malaikat tersebut kepadanya lalu berkata Sangat menghairankan, aku telah diutuskan kepada engkau untuk mengambil rohnya ketika dia sedang ketawa”. [Jami’ al-Kabir, 179454, no. hadith 1741]Jawapan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, ahli keluarga baginda SAW, sahabat baginda SAW serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah baginda hadithRiwayat ini telah dihukum sebagai palsu oleh Ibn Iraq al-Kinani dan beliau telah memasukkannya di dalam kitabnya iaitu “Tanzih al-Syariah al-Marfu’ah an al-Akhbar al-Syani’ah al-Maudhu’ah”. [Lihat 2375]TarjihSetelah kami meneliti dan menekuni riwayat tersebut, riwayat ini juga terdapat di dalam kitab “al-Tazkirah” oleh Imam al-Qurthubi dan juga di dalam “Tarikh al-Baghdad” oleh Ibn al-Najjar. Walaubagaimanapun, kami cenderung dan sependapat dengan Ibn Iraq bahawa hukum riwayat atau hadith ini adalah palsu. Untuk itu, kita tidak boleh sama sekali menyandarkannya kepada Nabi SAW ataupun menyebarkannya kepada orang mengenalpasti akan kesahihan status sebuah hadith adalah penting kerana Nabi SAW telah mengancam terhadap orang-orang yang melakukan pendustaan terhadapnya dan juga kalamnya hadithnya. Sebagaimana sabda Nabi SAWمَن حَدَّثَ عنِّي بِحديثٍ ، يَرَى أنَّهُ كَذِبٌ ، فَهُوَ أحَدُ الكاذِبَيْنِMaksdunya “Barangsiapa yang berkata-kata daripadaku akan sebuah hadith dan dia melihat bahawa ia adalah dusta maka dia adalah salah seorang daripada pendusta itu”. Riwayat Muslim, Tirmizi, Ibn MajahAkhirnya, semoga Allah SWT menjadikan kita orang yang cintakan ilmu serta memberi kita kefahaman di dalam agama ini dan memelihara kita daripada melakukan kesalahan dalam menyampaikan hadith Nabi SAW. Amin.–muftiwp–Artikel Berkaitan Jumat, 01 Mei 2020 17:02 WIB. Foto: Mindra Purnomo/detikcom. Jakarta - Surat Luqman ayat 18: Larangan Berlaku Sombong dan Angkuh. "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong

KEDUDUKAN HADITS “SESUATU YANG HALAL YANG PALING DIBENCI ALLAH ADALAH TALAK”Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPertanyaan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya Bagaimana kedudukan hadits “Sesuatu yang halal yang paling dibenci Allah adalah talak?Jawaban Hadits tersebut dhaif dan makna hadits secara akal tidak bisa diterima, sebab tidak mungkin ada perbuatan atau sesuatu yang halal dibenci Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi secara umum Allah tidak menyukai seseorang mentalak isterinya, oleh sebab itu hukum asal talak adalah makruh. Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Allah tidak menyukai talak adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang masalah orang yang meng-ilaa يُؤْلُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ تَرَبُّصُ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ ۖ فَإِنْ فَاءُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ﴿٢٢٦﴾وَإِنْ عَزَمُوا الطَّلَاقَ فَإِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ“Kepada orang-orang yang meng-ilaa’ isterinya diberi tangguh empat bulan lamanya. Kemudian jika mereka kembali kepada isterinya, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika mereka berazam bertetap hati untuk talak, maka sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” [Al-Baqarah/2 226-227]Dalam masalah kembali dari perbuatan ilaa’ tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Kemudian jika mereka kembali kepada isterinya, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Dan pada waktu mereka berniat memilih jalan talak, maka Allah berfirman “Dan jika mereka berazam bertetap hati untuk talak, maka sesunngguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak suka terhadap orang yang memilih jalan talak daripada kembali menyambung tali pernikahan.[Durus wa Fatawa Haramul Makky Syaikh Utsaimin, juz 3/260][Disalin dari kitab Al-Fatawa Al-Jami’ah lil Mar’atil Muslimah, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, Penerjemah Zaenal Abidin Syamsudin Lc, Penerbit Darul Haq] Home /A9. Fiqih Ibadah6 Nikah.../Kedudukan Hadits Sesuatu Yang...

Disini, Bintu Syathi menganalisis istilah Al-Qur'an yang merujuk pada makna manusia, yakni basyar, Al-Nas, Al-ins/Al-Insiyah, dan Al-Insan. Sekalipun bermuara pada makna manusia, tetapi berbagai istilah tersebut mengandung pemahaman yang berbeda-beda. Baca Juga: Bint As-Syathi: Mufasir Perempuan dari Bumi Kinanah.

Hadits yang berstatus mauquf ini bisa dikatakan persis dengan salah satu peribahasa bahasa Indonesia yang cukup dikenal yaitu, “Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak.” Ya, terkadang kebanyakan manusia cenderung memikirkan urusan dan aib yang ada pada orang lain, namun di waktu yang bersamaan ia lupa dengan aibnya
Penjelasan Ilmiah di Balik Fenomena Lupa dan Ingatan. Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Prof Taruna Ikrar dalam acara bersama Jaringan Indonesia, Kamis (2/6). REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sifat pelupa tidak lepas dari fitrah kemanusiaan. Rasulullah SAW bersabda, “Manusia adalah tempatnya salah dan lupa” (HR Muslim).
SidratilMuntaha dan Tempat Manusia Agung. Bulan ini adalah bulan rojab, jutaan manusia dingatkan kepada sebuah peristiwa agung yang tidak pernah terjadi pada makhluk Allah SWT dari dulu hingga nanti kecuali kepada nabi Muhammad SAW. Ada hal yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang tentang tempat mulya Sidratul-m untaha dan Mustawa
Sehingga setelah melakukan cara bertaubat menurut quran hadits, manusia juga harus tetap memohon ampunan kepada Allah saat berdoa ataupun sholat. Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun dan kapanpun manusia memohon ampunan, Allah akan selalu membukanya secara luas. sekian artikel kajian islam tentang cara bertaubat sesuai qur'an hadist semoga
NpGTSoO.
  • k7nm4qtwjp.pages.dev/178
  • k7nm4qtwjp.pages.dev/139
  • k7nm4qtwjp.pages.dev/199
  • k7nm4qtwjp.pages.dev/293
  • k7nm4qtwjp.pages.dev/31
  • k7nm4qtwjp.pages.dev/42
  • k7nm4qtwjp.pages.dev/197
  • k7nm4qtwjp.pages.dev/398
  • k7nm4qtwjp.pages.dev/151
  • hadits manusia tempat salah dan lupa